Jumat, Juni 27, 2008

PACU JALUR 2008 DI TELUK KUANTAN



Festival PACU JALUR di Teluk Kuantan!

Pacu jalur adalah olahraga tradisional yang sudah membumi di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing - RIAU) sekitar 150 km dari kota Pekanbaru.berbagai cerita rakyat mewarnai perkembangan sejarahnyanya. Salah satunya, soal cerita unsur magis yang menyertainya. Pacu jalur dilaksanakan sekali setahun dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, dan atraksi ini telah ditetapkan sebagai salah satu event Pariwisata Nasional. . untuk tahun 2008 ini pelaksanaannya akan dilaks Event ini selalu diadakan setiap tahun pada bulan agustus. Tanggal pelaksanaannya sekitar tanggal 23 s/d 27 agustus, namun tahun 2007 kemarin pelaksanaannya diundur pelaksanaannya mulai tanggal 16 s/d 20 agustus. Acara ini tidak hanya dimeriahkan oleh lomba pacu jalur pada siang hari saja,namun masih banyak hiburan yang juga ikut menyemarakkan event nasional ini bahkan hingga tengah malam kota telukkuantan boleh dikatakan masih ramai.biasanya pengunjung atau penonton tidak hanya dating dari kab.kuansing saja namun juga dari kabupaten dan kota yang ada di sumatera, ada juga yang dari pulau jawa dan dari Negara tetangga juga ikut ambil bagian dalam perlombaan tradisional ini seperti Malaysia. Cerita tak kalah seru di seputar pacu jalur adalah soal motivasinya. Ada anggapan yang kebenarannya masih perlu diteliti lebih jauh, bahwasanya masyarakat Kuansing merasa sedih atau rugi bila tidak pulang pada saat pacu jalur ketimbang tidak pulang di hari raya Idul Fitri. Upacara Pacu Jalur di Rantau Kuantan ini merupakan keramaian rakyat yang amat meriah dan diawali dengan acara sakral dan magis. Kegiatan-kegiatannya antara lain adalah :a) Membuat JalurPekerjaan membuat jalur tentulah tidak dapat dilakukan satu atau dua orang, melainkan memerlukan beberapa orang yang ahli dengan bantuan masyarakat, karena jalur yang dibuat adalah dalam ukuran besar, panjangnya 25-30 meter yang akan didayung oleh 50-60 orang.Pekerjaan yang pertama sekali dilakukan adalah mencari bahan, yakni pohon kayu besar sekitar empat pemeluk (antara 45 meter lingkaran batangnya) diatur oleh seorang Paktuo dan Dukun Kayu. Setelah kayu didapat, pekerjaan berikutnya adalah upacara menobang (menebang) kayu yang diawali dengan malembe, yakni membaca doa dan mantra supaya pekerjaan itu berjalan lancar. Selesai itu barulah kayu mulai dicatuk, mulai dilukai. Catukan (kepingan kayu) diambil dan disimpan yang akan dipergunakan sebagai obat jika ada diantara pekerja pembuat jalur sakit. Setelah kayu ditebang dan dibersihkan, barulah pekerjaan membuat jalur dimulai dengan dipimpin oleh seorang Tukang Tuo, dibantu oleh Tukang Pengapik sebanyak dua atau tiga orang serta anggota masyarakat lainnya yang mau membantu dan pandai bertukang.b) Menarik JalurJalur baru siap separuhnya itu ditarik ke kampung dengan upacara khusus yang disebut menarik jalur. Jalur ditarik dengan mempergunakan rotan manau. Pekerjaan menarik (menghelo) jalur ini dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan wanitanya menyediakan makanan. Pada waktu itulah para pemuda dan pemudi dapat berdampingan bersenda gurau sambil ajuk mengajuk hati masing-masing. Bahkan, tidak jarang para pemuda turut pula menarik/menghelo jalur berdekatan dengan sang pemudi impiannya. Menarik jalur dari rimba ke kampung adalah pekerjaan yang tidak ringan, bukan saja karena jalur itu sangat berat tetapi jarak yang ditempuh cukup jauh, yakni lebih kurang sepuluh (10) kilometer.c) Mendiang JalurSetelah jalur selesai dua pertiga, maka jalur itu perlu pula didiang (dipanaskan dengan api). Pekerjaan itupun dilakukan dengan upacara khusus pula dan dimeriahkan dengan berbagai atraksi kesenian masyarakatnya seperti : tari-tarian, bekayat nandong, gondang berogung dan lain sebagainya.d) Menurunkan JalurDalam menghadapi acara Pacu Jalur, Paktuo lah yang mengatur dan mempersiapkan segala kelengkapannya termasuk menentukan orang-orang yang turut berpacu di dalam jalur itu. Setelah semuanya siap, ditentukanlah ketika yang baik untuk menurunkan jalur itu ke sungai Kuantan. Pada hari dan ketika yang baik menurut dukun, jalurpun diturunkan beramai-ramai, kemudian diceburkan ke air.e) Pacu JalurPacu Jalur dipusatkan di Taluk Kuantan. Sebelum pembukaan di Taluk Kuantan, terlebih dahulu diadakan pula di Kecamatan Basrah acara Pacu Jalur Lokal, yang hanya diikuti oleh peserta dari Kecamatan Kuantan Hilir. Kebiasaan ini mulai timbul sejak tahun 1970, dan berlangsung sebelum tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Sedangkan Pacu Jalur dilakukan sesudah tanggal 17 Agustus tepatnya minggu ketiga atau keempat yang tersedia sambil menunggu giliran untuk berpacu. Dalam berpacu jalur, panduan rute yang harus dilalui oleh peserta pacuan, di tengah sungai diberi tanda berupa pancang sebagai pemisah lajur jalur panduan rute yang harus dilalui oleh peserta pacuan, di tengah sungai diberi tanda berupa pancang sebagai pemisah lajur jalur.Pancang jumlah ada 4 (empat) buah yang memberi petunjuk :- Pancang Mudiak (hulu tempat start)- Pancang Tengah- Pancang Akhir yang disebut juga pancang Ulak (hilir) tempat jalur kembali ke finishnya. Setelah berpacu, jalur-jalur itu dirapatkan ke tebing tempat hakim pacu menunggu. Pengumuman hakim siapa pemenangnya akan disambut tepuk sorak penonton.

1 komentar:

Admin mengatakan...

salam blogger by Sungaikuantan.Com