Kamis, Juli 03, 2008

Profesionalisme Perawat

Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat

Oleh: Agus Prajawanto


(disalin dari Gizi.net - Dari Simposium Keperawatan RS Husada
Upaya Meningkatkan Profesionalisme Perawat, ditulis Rabu, 21 januari 2004 oleh: Gsianturi dialamat:
http://www.sinarharapan.co.id/iptek/kesehatan/2004/0116/kes2.html)

Sebut satu saja pekerjaan yang sangat mulia, jawaban yang mungkin paling banyak muncul adalah perawat. Betapa tidak, merawat pasien yang sedang sakit adalah pekerjaan yang sangat sulit. Tak semua orang bisa memiliki kesabaran dalam melayani orang yang tengah menderita penyakit.
Namun, perawat sebagai profesi dan bagian integral dari pelayanan kesehatan tidak saja membutuhkan kesabaran. Kemampuannya untuk ikut mengatasi masalah-masalah kesehatan tentu harus juga bisa diandalkan.
Demikian dikemukakan pakar Keperawatan Murni Suliantoro dalam simposium bertema ”Upaya Memajukan Profesionalisme dan Praktik Keperawatan” yang berlangsung di Rumah Sakit Husada, pekan lalu.
Untuk mewujudkan keperawatan sebagai profesi yang utuh, menurut Murni, ada beberapa syarat yang harus dipenuhi. Setiap perawat harus mempunyai ”body of knowledge” yang spesifik, memberikan pelayanan kepada masyarakat melalui praktik keprofesian yang didasari motivasi altruistik, mempunyai standar kompetensi dan kode etik profesi. Para praktisi dipersiapkan melalui pendidikan khusus pada jenjang pendidikan tinggi.
Simposium yang menampilkan para pakar di bidang keperawatan dan kesehatan ini membahas juga pelaksanaan keperawatan profesional terkini, isu etik dan spiritual dalam asuhan keperawatan, pemahaman profesionalisme dalam keperawatan dan pemeliharaan kualitas rekam medis dalam menunjang peningkatan mutu pelayanan kesehatan.

Kerangka Kerja
International Council of Nurses (ICN) mengeluarkan kerangka kerja kompetensi bagi perawat yang mencakup tiga bidang, yaitu bidang Professional, Ethical and Legal Practice, bidang Care Provision and Management dan bidang Professional Development. Kerangka kerja ini menurut Murni kini menjadi acuan dalam menyusun standar kompetensi perawat di Indonesia.
Budi Sampurna, Pakar Hukum Kesehatan dari Universitas di Indonesia, mengemukakan bahwa setiap profesi pada dasarnya memiliki tiga syarat utama, yaitu kompetensi yang diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif, komponen intelektual yang bermakna dalam melakukan tugasnya, dan memberikan pelayanan yang penting kepada masyarakat.
Sikap yang terlihat pada profesionalisme adalah profesional yang bertanggung jawab dalam arti sikap dan pelaku yang akuntabel kepada masyarakat, baik masyarakat profesi maupun masyarakat luas. Beberapa ciri profesionalisme tersebut merupakan ciri profesi itu sendiri, seperti kompetensi dan kewenangan yang selalu sesuai dengan tempat dan waktu, sikap yang etis sesuai dengan standar yang ditetapkan oleh profesinya dan khusus untuk profesi kesehatan ditambah dengan sikap altruis (rela berkorban).
Kemampuan atau kompetensi, menurut Budi, diperoleh seorang profesional dari pendidikan atau pelatihannya, sedangkan kewenangan diperoleh dari penguasa atau pemegang otoritas di bidang tersebut melalui pemberian izin.
Kewenangan itu, ungkap Budi, memang hanya diberikan kepada mereka yang memiliki kemampuan. Namun, memiliki kemampuan tidak berarti memiliki kewenangan. Seperti juga kemampuan yang didapat secara berjenjang, kewenangan yang diberikan juga berjenjang.
Dalam profesi kesehatan hanya kewenangan yang bersifat umum saja yang diatur oleh Departemen Kesehatan sebagai penguasa segala keprofesian di bidang kesehatan dan kedokteran. Sementara itu, kewenangan yang bersifat khusus dalam arti tindakan kedokteran atau kesehatan tertentu diserahkan kepada profesi masing-masing.
Dijelaskan Budi, kompetensi dalam keperawatan berarti kemampuan khusus perawat dalam bidang tertentu yang memiliki tingkat minimal yang harus dilampaui.
Kewenangan berkaitan dengan izin melaksanakan praktik profesi. Kewenangan memiliki dua aspek, yakni kewenangan material dan kewenangan formal. Kewenangan material diperoleh sejak seseorang memiliki kompetensi dan kemudian teregistrasi (registered nurse) yang disebut Surat Ijin Perawat atau SIP.
Sedangkan kewenangan formal adalah izin yang memberikan kewenangan kepada penerimanya untuk melakukan praktik profesi perawat yaitu Surat Ijin Kerja (SIK) bila bekerja di dalam suatu institusi dan Surat Ijin Praktik Perawat (SIPP) bila bekerja secara perorangan atau berkelompok.
Murni mengatakan profesi keperawatan di Indonesia mempunyai peluang sekaligus tantangan dalam menunjukkan profesionalismenya. Cepat atau lamban pengakuan dan penghargaan terhadap profesi keperawatan tergantung pada kemampuan dan kemampuan setiap perawat dalam menghadapi masalah-masalah keperawatan baik dalam skala mikro maupun makro.
Hal yang tidak kalah penting, kata Murni, adalah penyelenggaraan pendidikan yang bertanggung jawab. Dalam pengabdiannya, perawat dituntut bekerja secara profesional, memiliki sifat ”caring”, bertanggung jawab dan bertanggung gugat. Setiap perawat harus berusaha selalu meningkatkan kemampuannya baik dari segi keterampilan di mana era globalisasi diharapkan kemampuan profesionalisme perawat dengan basis kompetensi seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan.

Jumat, Juni 27, 2008

PACU JALUR 2008 DI TELUK KUANTAN



Festival PACU JALUR di Teluk Kuantan!

Pacu jalur adalah olahraga tradisional yang sudah membumi di Kabupaten Kuantan Singingi (Kuansing - RIAU) sekitar 150 km dari kota Pekanbaru.berbagai cerita rakyat mewarnai perkembangan sejarahnyanya. Salah satunya, soal cerita unsur magis yang menyertainya. Pacu jalur dilaksanakan sekali setahun dalam rangka memperingati Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Republik Indonesia, dan atraksi ini telah ditetapkan sebagai salah satu event Pariwisata Nasional. . untuk tahun 2008 ini pelaksanaannya akan dilaks Event ini selalu diadakan setiap tahun pada bulan agustus. Tanggal pelaksanaannya sekitar tanggal 23 s/d 27 agustus, namun tahun 2007 kemarin pelaksanaannya diundur pelaksanaannya mulai tanggal 16 s/d 20 agustus. Acara ini tidak hanya dimeriahkan oleh lomba pacu jalur pada siang hari saja,namun masih banyak hiburan yang juga ikut menyemarakkan event nasional ini bahkan hingga tengah malam kota telukkuantan boleh dikatakan masih ramai.biasanya pengunjung atau penonton tidak hanya dating dari kab.kuansing saja namun juga dari kabupaten dan kota yang ada di sumatera, ada juga yang dari pulau jawa dan dari Negara tetangga juga ikut ambil bagian dalam perlombaan tradisional ini seperti Malaysia. Cerita tak kalah seru di seputar pacu jalur adalah soal motivasinya. Ada anggapan yang kebenarannya masih perlu diteliti lebih jauh, bahwasanya masyarakat Kuansing merasa sedih atau rugi bila tidak pulang pada saat pacu jalur ketimbang tidak pulang di hari raya Idul Fitri. Upacara Pacu Jalur di Rantau Kuantan ini merupakan keramaian rakyat yang amat meriah dan diawali dengan acara sakral dan magis. Kegiatan-kegiatannya antara lain adalah :a) Membuat JalurPekerjaan membuat jalur tentulah tidak dapat dilakukan satu atau dua orang, melainkan memerlukan beberapa orang yang ahli dengan bantuan masyarakat, karena jalur yang dibuat adalah dalam ukuran besar, panjangnya 25-30 meter yang akan didayung oleh 50-60 orang.Pekerjaan yang pertama sekali dilakukan adalah mencari bahan, yakni pohon kayu besar sekitar empat pemeluk (antara 45 meter lingkaran batangnya) diatur oleh seorang Paktuo dan Dukun Kayu. Setelah kayu didapat, pekerjaan berikutnya adalah upacara menobang (menebang) kayu yang diawali dengan malembe, yakni membaca doa dan mantra supaya pekerjaan itu berjalan lancar. Selesai itu barulah kayu mulai dicatuk, mulai dilukai. Catukan (kepingan kayu) diambil dan disimpan yang akan dipergunakan sebagai obat jika ada diantara pekerja pembuat jalur sakit. Setelah kayu ditebang dan dibersihkan, barulah pekerjaan membuat jalur dimulai dengan dipimpin oleh seorang Tukang Tuo, dibantu oleh Tukang Pengapik sebanyak dua atau tiga orang serta anggota masyarakat lainnya yang mau membantu dan pandai bertukang.b) Menarik JalurJalur baru siap separuhnya itu ditarik ke kampung dengan upacara khusus yang disebut menarik jalur. Jalur ditarik dengan mempergunakan rotan manau. Pekerjaan menarik (menghelo) jalur ini dilakukan oleh kaum laki-laki, sedangkan wanitanya menyediakan makanan. Pada waktu itulah para pemuda dan pemudi dapat berdampingan bersenda gurau sambil ajuk mengajuk hati masing-masing. Bahkan, tidak jarang para pemuda turut pula menarik/menghelo jalur berdekatan dengan sang pemudi impiannya. Menarik jalur dari rimba ke kampung adalah pekerjaan yang tidak ringan, bukan saja karena jalur itu sangat berat tetapi jarak yang ditempuh cukup jauh, yakni lebih kurang sepuluh (10) kilometer.c) Mendiang JalurSetelah jalur selesai dua pertiga, maka jalur itu perlu pula didiang (dipanaskan dengan api). Pekerjaan itupun dilakukan dengan upacara khusus pula dan dimeriahkan dengan berbagai atraksi kesenian masyarakatnya seperti : tari-tarian, bekayat nandong, gondang berogung dan lain sebagainya.d) Menurunkan JalurDalam menghadapi acara Pacu Jalur, Paktuo lah yang mengatur dan mempersiapkan segala kelengkapannya termasuk menentukan orang-orang yang turut berpacu di dalam jalur itu. Setelah semuanya siap, ditentukanlah ketika yang baik untuk menurunkan jalur itu ke sungai Kuantan. Pada hari dan ketika yang baik menurut dukun, jalurpun diturunkan beramai-ramai, kemudian diceburkan ke air.e) Pacu JalurPacu Jalur dipusatkan di Taluk Kuantan. Sebelum pembukaan di Taluk Kuantan, terlebih dahulu diadakan pula di Kecamatan Basrah acara Pacu Jalur Lokal, yang hanya diikuti oleh peserta dari Kecamatan Kuantan Hilir. Kebiasaan ini mulai timbul sejak tahun 1970, dan berlangsung sebelum tanggal 17 Agustus setiap tahunnya. Sedangkan Pacu Jalur dilakukan sesudah tanggal 17 Agustus tepatnya minggu ketiga atau keempat yang tersedia sambil menunggu giliran untuk berpacu. Dalam berpacu jalur, panduan rute yang harus dilalui oleh peserta pacuan, di tengah sungai diberi tanda berupa pancang sebagai pemisah lajur jalur panduan rute yang harus dilalui oleh peserta pacuan, di tengah sungai diberi tanda berupa pancang sebagai pemisah lajur jalur.Pancang jumlah ada 4 (empat) buah yang memberi petunjuk :- Pancang Mudiak (hulu tempat start)- Pancang Tengah- Pancang Akhir yang disebut juga pancang Ulak (hilir) tempat jalur kembali ke finishnya. Setelah berpacu, jalur-jalur itu dirapatkan ke tebing tempat hakim pacu menunggu. Pengumuman hakim siapa pemenangnya akan disambut tepuk sorak penonton.

Jumat, Mei 30, 2008

tantangan profesi keperawatan

TANTANGAN PROFESI KEPERAWATAN DI WILAYAH REGIONAL RIAU DAN KEPULAUAN

Ditulis oleh: Agus Pradjawanto ( Mahasiswa S1 Keperawatan STIKES HANGTUAH PEKANBARU)

Keperawatan adalah profesi yang mulia jika dilakukan dengan penuh keikhlasan, namun dalam menjalani profesi keperawatan tidak cukup hanya mengandalkan sikap ikhlas saja, akan tetapi diperlukan pengetahuan ,wawasan,serta sikap yang professional sebagai seorang perawat.hal itu sangat penting karena dalam menjalankan profesi keperawatan banyak tantangan-tantangan yang harus di hadapi oleh perawat sesuai dengan perannya.

Pada dasarnya tantangan-tantangan yang harus dihadapi oleh seorang perawat profesional di setiap wilayah adalah sama,akan tetapi tidak tertuitup kemungkinan akan ada perbedaan.Wilayah Riau dan kepulauan adalah wilayah yang sedang tumbuh dan berkembang,memiliki potensi sumber daya manusia dan kaya akan hasil alam dengan beragam suku dan budaya.

Namun begitu profesi keperawatan belum mendapat tempat yang positif di masyarakat, Riau dan kepulauan khususnya.hal itu merupakan suatu tantangan-tantangan yang harus dihadapi untuk mendapat tempat di hati masyarakat.ada beberapa tantangan profesi keperawatan di Riau khususnya,diantaranya:

Penilaian atau persepsi serta pandangan masyarakat terhadap profesi keperawatan kurang baik karena masyarakat masih menganggap bahwa perawat pada umumnya tidak ramah,kasar,jutek,judes,pemarah dan tidak bersahabat.persepsi seperti ini terbangun karena masyarakat sendiri yang mengalami dan merasakan pengalaman memperoleh pelayanan keperawatan oleh sejumlah oknum perawat.selain itu masyarakat masih berpandangan bahwa kedudukan perawat hanya sebatas sebagai pesuruh atau pembantu dokter,padahal seharusnya perawat adalah suatu profesi yang mendapat tempat dihati masyarakat sebagai profesi yang mulia dan merupakan mitra bagi para dokter.hal ini mungkin karena kurangnya pengetahuan dan wawasan masyarakat tentang perkembangan ilmu dan profesi keperawatan akibat dari kurangnya perhatian dan dukungan dari pemerintah pusat,provinsi dan kabupaten.sebagai contoh kurangnya perhatian dari pemerintah akan kesejahteraan perawat,baik itu dari segi gaji,kesehatan,jam kerja dan motivasi serta reward (penghargaan).

jelas saja kalau perawat pasang muka masam atau cemberut dengan hati dongkol sewaktu menghadapi pasien kalau gajinya di bawah standar atau tidak dibayar sama sekali,belum lagi kondisi fisik yang terus dipaksakan untuk terus melaksanakan pelayanan melebihi kapasitas dan tidak memiliki motivasi yang kuat.semua itu sudah jadi rahasia umum.lalu siapakah yang mesti disalahkan? disisi lain kita tidak dapat pula sepenuhnya menyalahkan pemerintah dalam masalah ini,karena masalah timbul terkadang justru dari individu perawat itu sendiri yang tidak berkompeten dan tidak memiliki komitmen.

sebenarnya perawat bukanlah suatu sosok yang harus dibenci dan ditakuti oleh masyarakat,pasien khususnya.akan tetapi sebaliknya yaitu memberikan asuhan keperawatan secara professional dan bermutu sesuai perannya.

Rendahnya tingkat dan mutu kompetensi profesi keperawatan sehingga asuhan keperawatan yang bermutu tidak tercapai secara maksimal.selain itu daya saing dari perawat-perawat lain dari luar Riau dan kepulauan sangat tinggi sehingga kita sebagai tuan rumah jadi penonton di tanah tumpah darah kita sendiri.peran perawat sebagai perawat pendidik (educator) di wilayah Riau dan kepulauan memiliki prospek yang cukup menjanjikan,namun kendati demikian tetap saja ada tantangan-tantangan yang harus dihadapi yaitu mencetak perawat yang professional dan berkompeten.perawat pendidik ini adalah bukti bahwa perawat profesional tidak hanya memiliki ruang lingkup dari rumah sakit ke rumah sakit ataupun dari klinik ke klinik maupun puskesmas saja akan tetapi dunia keperawatan telah semakin berkembang dengan memiliki banyak peran,sebagai educator salah satunya.lalu bagaimanakah dengan anda??